Menguatkan Moderasi Beragama di Era Digital melalui Media
Tiroe.com – Dalam era digital yang semakin berkembang, media memainkan peran penting dalam membentuk opini publik. Di tengah kompleksitas masyarakat modern, moderasi beragama menjadi topik yang semakin relevan untuk menjaga harmoni sosial. Namun, tantangan terbesar adalah bagaimana membangun narasi positif tentang moderasi beragama, mengingat banyaknya arus informasi yang sering kali memecah belah.
Pentingnya Moderasi Beragama
Moderasi beragama adalah pendekatan yang menekankan keseimbangan, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan dalam praktik keagamaan. Hal ini sangat penting di negara seperti Indonesia yang dikenal dengan keberagaman agama dan budaya. Ketika moderasi beragama dipraktikkan secara luas, masyarakat dapat hidup berdampingan dengan damai meskipun memiliki keyakinan yang berbeda.
Sebaliknya, ekstremisme dan intoleransi dapat memicu konflik, baik di tingkat individu maupun komunitas. Oleh karena itu, peran media menjadi sangat strategis dalam membentuk kesadaran masyarakat tentang pentingnya moderasi beragama.
Peran Media dalam Membangun Narasi Positif
Media, baik tradisional maupun digital, adalah alat yang sangat kuat untuk membentuk persepsi masyarakat. Berikut adalah beberapa cara bagaimana media dapat digunakan untuk mendukung moderasi beragama:
- Mengedukasi Masyarakat tentang Moderasi Beragama Media dapat menyediakan konten edukatif yang menjelaskan konsep moderasi beragama secara sederhana dan mudah dipahami. Artikel, video, podcast, dan infografis yang menarik dapat membantu masyarakat memahami pentingnya sikap moderat dalam kehidupan beragama.
- Mempromosikan Teladan Positif Menampilkan sosok pemimpin agama atau masyarakat yang mempraktikkan moderasi beragama dapat memberikan inspirasi. Teladan nyata lebih mudah diterima oleh masyarakat dan dapat mendorong perubahan sikap.
- Menangkal Narasi Negatif Media harus mampu menghadirkan narasi positif untuk menangkal informasi yang berpotensi memecah belah, seperti hoaks atau ujaran kebencian yang sering kali menyasar isu agama.
- Membangun Dialog Antarumat Beragama Program diskusi, webinar, atau forum daring yang melibatkan berbagai pemuka agama dapat menciptakan ruang dialog yang konstruktif. Media dapat menjadi fasilitator dalam membangun komunikasi antarumat beragama.
- Kampanye Melalui Media Sosial Media sosial memiliki jangkauan yang luas dan kecepatan distribusi yang tinggi. Menggunakan media sosial untuk kampanye moderasi beragama, melalui hashtag, tantangan kreatif, atau konten viral, dapat menjangkau audiens yang lebih besar, terutama generasi muda.
Perspektif Dr. Ali Mochtar Ngabalin
Dr. Ali Mochtar Ngabalin, seorang cendekiawan Muslim dan tokoh masyarakat, sering menyuarakan pentingnya moderasi beragama. Menurutnya, moderasi beragama adalah kunci untuk menjaga keutuhan bangsa di tengah tantangan globalisasi dan era digital.
“Moderasi beragama bukan hanya tentang agama itu sendiri, tetapi juga tentang bagaimana kita membangun hubungan yang harmonis dalam masyarakat yang majemuk. Media harus menjadi alat untuk memperkuat persatuan, bukan memperbesar perpecahan,” ungkap Dr. Ngabalin dalam salah satu wawancara.
Beliau juga menekankan bahwa media harus digunakan secara bijak untuk menyebarkan pesan-pesan yang mendukung moderasi. “Kita tidak bisa menutup mata terhadap dampak negatif media jika digunakan untuk menyebarkan kebencian. Oleh karena itu, pendekatan kolaboratif antara pemerintah, masyarakat, dan pelaku media sangat diperlukan,” tambahnya.
Dr. Ngabalin juga memberikan contoh konkret bagaimana media dapat memengaruhi persepsi masyarakat. Misalnya, ketika terjadi peristiwa intoleransi, liputan media yang objektif dan konstruktif dapat membantu meredakan situasi, dibandingkan dengan pemberitaan yang sensasional.
Strategi Praktis untuk Membangun Narasi Positif
Berikut adalah beberapa langkah strategis untuk menggunakan media secara efektif dalam mendukung moderasi beragama:
- Kolaborasi dengan Influencer Menggandeng tokoh agama, selebritas, atau influencer yang memiliki pengaruh besar di media sosial untuk menyampaikan pesan moderasi.
- Pelatihan Literasi Media Masyarakat perlu dibekali dengan keterampilan literasi media agar dapat memilah informasi yang valid dan menghindari penyebaran berita bohong.
- Produksi Konten Kreatif Konten yang menarik, seperti video pendek, meme, atau animasi, dapat lebih mudah menarik perhatian masyarakat, khususnya generasi muda.
- Monitoring dan Penegakan Hukum Pemerintah dan lembaga terkait perlu memonitor konten-konten yang menyebarkan intoleransi atau kebencian, serta mengambil tindakan tegas terhadap pelanggaran tersebut.
- Mendorong Partisipasi Komunitas Lokal Media lokal dapat berperan besar dalam menyuarakan moderasi beragama di tingkat komunitas, karena mereka lebih dekat dengan masyarakat.
Meskipun media memiliki potensi besar, ada beberapa tantangan yang harus diatasi:
- Hoaks dan Disinformasi: Informasi palsu yang menyebar dengan cepat di media sosial dapat merusak upaya membangun narasi positif.
- Polarisasi Media: Beberapa media cenderung berpihak pada kelompok tertentu, yang dapat mempengaruhi objektivitas pemberitaan.
- Kurangnya Literasi Digital: Banyak masyarakat yang belum memiliki kemampuan untuk menganalisis dan memverifikasi informasi secara kritis.
Menggunakan media untuk membangun narasi positif tentang moderasi beragama adalah upaya strategis yang memerlukan kolaborasi berbagai pihak. Dengan pendekatan yang tepat, media dapat menjadi sarana efektif untuk menciptakan kesadaran, menyebarkan pesan toleransi, dan memperkuat persatuan di tengah keberagaman.
Sebagaimana yang diungkapkan Dr. Ali Mochtar Ngabalin, media harus menjadi alat pemersatu, bukan pemecah belah. Oleh karena itu, semua elemen masyarakat, mulai dari pemerintah, pelaku media, hingga individu, memiliki tanggung jawab untuk memastikan bahwa moderasi beragama menjadi arus utama dalam kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
Penulis: Geralda Talitha R.
Baca Juga: Hendra Setiawan Umumkan Pensiun dari Bulu Tangkis Setelah Indonesia Masters 2025