Ciptakan Perdamaian Global dengan Menolak Kekerasan Berbasis Agama Menurut Ali Mochtar Ngabalin

Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin

Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin

Tiroe.comKekerasan atas nama agama menjadi salah satu isu yang terus merongrong perdamaian dunia. Kejadian-kejadian kekerasan yang dikaitkan dengan agama telah menimbulkan konflik yang berkepanjangan, memecah belah masyarakat, dan menodai nilai-nilai luhur yang ada dalam ajaran setiap agama.

Dalam konteks ini, penting bagi setiap individu untuk memahami bahwa agama tidak pernah mengajarkan kekerasan, tetapi mengajarkan kasih sayang dan kedamaian. Moderasi beragama, sebagai bentuk pendekatan untuk menolak kekerasan berbasis agama, menjadi konsep penting dalam mencapai perdamaian.

Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin, S.Ag., M.Si, seorang pakar politik Islam dan mantan anggota Dewan Pertimbangan Presiden (Wantimpres) di Indonesia, memberikan pandangan yang komprehensif tentang pentingnya moderasi beragama sebagai solusi efektif dalam menolak kekerasan yang sering kali dikaitkan dengan praktik keagamaan. Artikel ini mengulas bagaimana kekerasan berbasis agama bisa dicegah dan bagaimana moderasi beragama dapat menjadi jembatan untuk mendamaikan dunia.

Dampak Kekerasan Berbasis Agama di Dunia

Kekerasan berbasis agama memiliki dampak yang sangat besar bagi kehidupan sosial dan perdamaian global. Konflik yang terjadi atas nama agama telah menyebabkan krisis kemanusiaan, kehilangan nyawa, dan kerusakan hubungan antaragama. Beberapa dampak besar kekerasan berbasis agama antara lain:

  1. Perpecahan Sosial
    Kekerasan berbasis agama sering kali menyebabkan segregasi di masyarakat. Ketika suatu kelompok merasa terancam atau dikhianati oleh kelompok lain atas nama agama, hal ini memicu ketidakpercayaan dan perpecahan yang sulit diperbaiki. Segregasi ini kemudian bisa berkembang menjadi sikap intoleransi dan diskriminasi antar umat beragama.
  2.  Kerusakan Infrastruktur dan Ekonomi
    Konflik yang timbul dari kekerasan berbasis agama dapat menghancurkan infrastruktur penting seperti rumah ibadah, sekolah, rumah sakit, dan tempat umum lainnya. Hal ini tidak hanya memengaruhi aspek sosial, tetapi juga menimbulkan kerugian ekonomi yang besar karena dibutuhkan biaya dan waktu untuk membangun kembali.
  3. Trauma Psikologis
    Kekerasan berbasis agama menimbulkan trauma bagi korban yang terdampak. Mereka mungkin akan merasa cemas, takut, dan bahkan merasa tidak aman dalam beribadah atau menjalani kehidupan sosialnya. Kondisi psikologis ini tidak hanya dialami oleh korban langsung tetapi juga oleh generasi selanjutnya yang sering kali mewarisi trauma tersebut.

Menurut Prof. Dr. Ali Mochtar Ngabalin: Moderasi Beragama sebagai Solusi

Dalam menghadapi fenomena kekerasan berbasis agama, Dr. Ali Mochtar Ngabalin berpendapat bahwa pentingnya moderasi beragama tidak dapat diabaikan. Ia menyatakan bahwa moderasi beragama merupakan kunci utama dalam menghadapi isu kekerasan berbasis agama, yang melibatkan toleransi dan saling pengertian antar umat beragama. 

Menurut Prof. Ngabalin, setiap agama sejatinya membawa pesan cinta kasih, perdamaian, dan penghargaan terhadap sesama. Oleh sebab itu, tindakan kekerasan yang mengatasnamakan agama adalah suatu penyimpangan yang mencederai esensi dari ajaran agama tersebut. Ia berpendapat bahwa pencegahan kekerasan berbasis agama dapat dicapai dengan menerapkan moderasi beragama, yaitu sikap beragama yang tidak ekstrem, mengutamakan toleransi, dan berlandaskan pada nilai-nilai kemanusiaan. 

Berikut beberapa poin penting yang disampaikan oleh Ngabalin:

Moderasi Beragama sebagai Solusi Global dalam Mencegah Kekerasan Berbasis Agama

Moderasi beragama tidak hanya dibutuhkan di Indonesia, tetapi juga di seluruh dunia. Setiap agama memiliki pengikut yang tersebar di berbagai negara, dan dalam era globalisasi, interaksi antara umat beragama semakin meningkat. Oleh karena itu, penting bagi dunia untuk melihat moderasi beragama sebagai jalan terbaik dalam menciptakan perdamaian.

Langkah Konkret dalam Mengimplementasikan Moderasi Beragama

Mengimplementasikan moderasi beragama dalam kehidupan sehari-hari memerlukan usaha dari berbagai pihak. Beberapa langkah konkret yang bisa diambil antara lain:

  1. Pendidikan Agama yang Toleran di Sekolah
    Kurikulum agama di sekolah perlu mengajarkan nilai-nilai toleransi dan saling menghargai. Guru agama juga berperan penting untuk menyampaikan pesan-pesan damai dari setiap agama.
  2. Pelatihan untuk Pemuka Agama
    Pemuka agama perlu dibekali dengan pelatihan tentang moderasi beragama agar mereka dapat membimbing umatnya untuk menjauhi kekerasan dan radikalisme.
  3. Kampanye Moderasi Beragama di Media Sosial
    Media sosial bisa menjadi media yang efektif untuk menyebarkan pesan moderasi beragama. Kampanye yang mengedepankan nilai-nilai moderasi ini perlu digalakkan agar masyarakat lebih memahami pentingnya menjauhi kekerasan berbasis agama.
  4. Mendorong Peran Aktif Pemerintah
    Pemerintah perlu mengeluarkan kebijakan yang mendukung moderasi beragama. Misalnya, dengan memberikan sanksi tegas terhadap tindakan kekerasan berbasis agama dan mendukung dialog antar umat beragama.

Menolak kekerasan berbasis agama bukan hanya tentang menjaga kedamaian, tetapi juga tentang memelihara nilai-nilai agama yang sesungguhnya.

Moderasi beragama menjadi solusi paling relevan dalam menghadapi tantangan kekerasan berbasis agama yang terus muncul. 

Secara keseluruhan, Dr. Ali Mochtar Ngabalin menyatakan bahwa mendamaikan dunia dengan menolak kekerasan berbasis agama adalah sebuah misi kemanusiaan yang bisa diwujudkan dengan pendekatan moderat dalam beragama. 

Dengan mengedepankan moderasi, toleransi, pendidikan yang berwawasan, dialog antaragama, dan nilai-nilai kemanusiaan, Ngabalin percaya bahwa umat beragama dapat hidup berdampingan secara damai dan berkontribusi pada perdamaian dunia yang berkelanjutan.

 

Penulis

Geralda Talitha R.

 

Exit mobile version