Pada final yang berlangsung di Le Bourget Sport Climbing Venue, Paris, Veddriq mengalahkan Wu Feng dengan waktu 4,75 detik, hanya terpaut 0,01 detik dari rekor dunia yang dipegang oleh Watson. Sebelumnya, Veddriq juga menunjukkan performa gemilang dengan mengalahkan Reza Alipour dari Iran di semifinal, setelah mencatat waktu 4,78 detik. Sedangkan Watson harus puas dengan medali perunggu setelah mengalahkan Alipour dalam perebutan tempat ketiga.
Walaupun Watson berhasil mencetak rekor dunia dan Olimpiade baru dengan waktu 4,74 detik, Veddriq tetap konsisten dengan performanya yang selalu di bawah lima detik. Konsistensi inilah yang mengantarkannya menuju kemenangan gemilang di final.
Dalam perjalanan menuju emas, Veddriq juga mengalahkan beberapa pesaing tangguh lainnya, termasuk Bassa Mawem dari Prancis dan rekan senegaranya, Rahmad Adi Mulyono. Akselerasi yang terukur, teknik panjat yang mumpuni, serta ketenangan yang luar biasa menjadi kunci keberhasilan Veddriq di Olimpiade Paris 2024.
Dengan prestasi ini, Veddriq bukan hanya mencetak sejarah baru bagi Indonesia, tetapi juga memperluas cakupan dominasi Indonesia di ajang olahraga internasional, terutama di luar cabang bulu tangkis.
Medali emas yang diraihnya menjadi bukti bahwa Indonesia mampu bersaing di tingkat global dalam cabang olahraga yang belum pernah didominasi sebelumnya.
Peraihan medali emas oleh Veddriq di Olimpiade Paris 2024 ini tentu saja menjadi kado terindah bagi Indonesia jelang HUT RI yang jatuh tepat pada 17 Agustus mendatang.
Perolehan medali emas dalam cabang olahraga panjat tebing ini juga menjadi pembuktian, bahwa Indonesia memiliki unggulan pada cabang olahraga lain selain bulutangkis, yang dalam beberapa tahun belakangan ini menjadi cabang olahraga yang selalu diandalkan dalam setiap olimpiade.
Atas pencapaiannya ini, Veddriq Leonardo pun menjadi Olimpian ke-14 yang mempersembahkan medali emas kepada Indonesia.