Jakarta, Tiroe.com – Gelombang kekecewaan mendera bulu tangkis Indonesia pasca Asian Games 2023 di Hangzhou, China. Untuk pertama kalinya sejak 1962, Indonesia pulang tanpa medali. Ini memunculkan pertanyaan serius mengenai persiapan menuju Olimpiade Paris 2024, yang hanya berjarak sepuluh bulan lagi.
Di ajang bergengsi ini, negara-negara Asia memamerkan kekuatannya. China mengoleksi empat emas, Korea Selatan dengan dua, dan India memenangkan satu. Yang lebih mengejutkan, ganda putra India, Satwiksairaj Rankireddy dan Chirag Shetty, menghentikan dominasi ganda putra Indonesia yang berlangsung sejak Guangzhou 2010.
Hanya tiga wakil Indonesia yang lolos ke perempat final: Anthony Sinisuka Ginting, Gregoria Mariska Tunjung, dan pasangan ganda Fajar Alfian/Muhammad Rian Ardianto. Namun, mereka gagal meraih medali, mencerminkan penurunan kualitas tim secara keseluruhan.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PP PBSI, Rionny Mainaky, tak menampik bahwa banyak sisi yang harus segera dibenahi pasca Indonesia belum berhasil mencapai target di ajang Asian Games 2022 y.
“Saya pastikan kondisi tim tetap solid, tetap kompak. Kami semua sadar kami belum berhasil jadi kami sepakat untuk memperbaiki dan bangkit bersama-sama,” ungkap Rionny mengutip laman PBSI.
“Banyak hal yang memang harus segera dibenahi. Keekurangan-kekurangan Ini menjadi PR kami di tim kepelatihan,” ucap Rionny.
Ancaman di Olimpiade Paris 2024
Jika performa ini berlanjut, mengamankan kuota dua wakil per nomor di Olimpiade Paris tampaknya akan sulit. Kualifikasi Olimpiade sudah berjalan lima bulan, namun Pengurus Pusat Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PP PBSI) belum membentuk tim pendukung resmi.
Mantan pelatih ganda campuran berpengalaman, Richard Mainaky, menegaskan bahwa biasanya, setahun sebelum Olimpiade, sebuah ‘tim sukses’ sudah terbentuk. Ini termasuk dokter, ahli nutrisi, dan psikolog untuk membantu atlet.
Menambah kebingungan, PBSI memindahkan pelatih kepala ganda putra, Herry Iman Pierngadi, ke posisi pelatih ganda campuran pada September. Perubahan ini terjadi di tengah masa kualifikasi, tanpa jelasnya alasan dan tujuan.
PBSI juga menunjuk Djoko Mardijanto sebagai bagian dari tim pelatih ganda campuran pada Juni, hanya untuk mencoret namanya tiga bulan kemudian. Dalam dunia pelatihan yang semakin dinamis, inilah faktor yang mendorong pelatih top seperti Nova dan Flandy Limpele meninggalkan Indonesia.
Introspeksi PBSI
PBSI, sebagai badan yang bertanggung jawab atas pembinaan bulu tangkis di Indonesia, harus melakukan introspeksi mendalam. Memasuki tahun terakhir kepengurusan 2020-2024, ini adalah saatnya PBSI menunjukkan komitmen penuhnya pada perkembangan olahraga ini, terutama menjelang Olimpiade Paris 2024.
Setelah sukses merayakan kemenangan di Piala Thomas 2020, jangan sampai kejayaan itu menjadi kabut yang menyembunyikan realitas pahit. Masa depan bulu tangkis Indonesia berada di titik kritis, dan perlu ada tindakan nyata untuk mengembalikan kejayaannya.
Baca Juga : Rifda Ratu Sang Artistik Senam Indonesia Terus Berburu Prestasi Dunia
Dapatkan informasi terupdate berita polpuler harian dari tiroe.com. Untuk kerjasama lainnya bisa kontak email atau sosial media kami lainnya.