Isu Viral Kekeliruaan Penerimaan Bintara Polri

Sejumlah siswa memberi hormat saat mengikuti upacara Penutupan Pendidikan Pembentukan (Diktuk) Bintara Polri Tahun Anggaran 2018/2019 di Sekolah Polisi Negara (SPN) Polda Metro Jaya, Cigombong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (4/3/2019). Sebanyak 554 siswa dilantik dalam Diktuk Bintara Polri Tahun Anggaran 2018/2019 Angkatan 41 Adhibrata Wirasana menjadi Brigadir Remaja setelah tujuh bulan menjalani pendidikan agar dapat menjalankan fungsinya sebagai pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat yang Promoter. ANTARA FOTO/Arif Firmansyah/aww.

Jakarta – (02/08/2021). Nama Rafael Walalangi menjadi populer hanya dalam waktu sekejap. Berita tentangnya dimuat dalam banyak platform, baik dari postingan sosial media hingga di semua berita online. Pembaca dan netizen yang masih asing mendengar nama Rafael Walalangi pun mulai bertanya-tanya, siapakah dia dan apa hal yang membuatnya menjadi viral ? Beberapa waktu yang lalu, ia mengikuti tes calon Bintara Polri 2021.

Rafael Walalangi adalah seorang pemuda berusia 18 tahun yang tinggal di Desa Pinapalangkow, Kecamatan Suluun Tareran, Minahasa Selatan. Kisah Rafael Walalangi yang gagal lolos jadi casis Bintara Polri pertama kali diketahui dari akun Facebook, Christofel Tumalun. Akun Christofel Tumalun mengunggah sebuah video dan foto protes dari keluarga Rafael Walalangi. Dalam narasi video itu menyebutkan, Rafael Walalangi telah mengikuti tes seleksi Nasional Bintara Polri tahun 2021. Ia pun dinyatakan lulus melalui video siaran langsung atau live streaming yang diunggah akun YouTube Humas Polda Sulut pada Kamis, 22 Juli 2021.

 

Gelar Syukuran

Tahu Rafael Walalangi dinyatakan lolos, keluarga pun menggelar syukuran di desanya. Sejumlah warga desa lantas memberikan ucapan selamat. Termasuk teman-teman Rafael Walalangi yang memberikan ucapan lewat media sosial. Mereka memberikan selamat atas kelulusan Rafael Walalangi dalam tes Bintara Polri. “Saat teman-teman tahu nama saya ada dalam daftar pengumuman kelulusan secara online, mereka sudah menyampaikan ucapan selamat. Banyak yang menyampaikannya melalui media sosial,” ucap Rafael Walalangi.

Hal senada juga disampaikan ayah Rafael Walalangi, Kenly Malalangi. “Saat tahu anak kami lulus, kami sangat bersukacita.” “Perjuangan selama berbulan-bulan akhirnya membuahkan hasil,” ucapnya. Sayangnya, kebahagiaan Rafael Walalangi tak berlangsung lama. Tujuh hari setelah pengumuman via siaran langsung, muncul pengumuman susulan dari Polda Sulut. Dalam pengumuman yang dirilis pada Kamis (29/7/2021), nama Rafael Walalangi mendadak hilang dari daftar kelulusan. Bahkan namanya sudah digantikan dengan nama orang lain. “Padahal, saat pengumuman online pada 22 Juli, nama saya ada di nomor urut 22. Kami semua menyaksikan pengumuman secara online itu,” ungkap Rafael Walalangi dengan terbata-bata sambil menunduk. Rafael Walalangi menangis karena malu, kecewa dan bingung mengapa namanya bisa hilang di daftar pengumuman susulan. “Saya menangis saat lihat nama saya tidak ada lagi pada daftar pengumuman kedua,” kata Rafael Walalangi.

 

Dipanggil Polda Sulut

Sebelumnya, sehari setelah pengumuman via siaran langsung, ayah Rafael Walalangi, Kenly Malalangi mendapat panggilan dari Polda Sulut. Pada Jumat (23/7/2021), Kenly Malalangi mendatangi Polda Sulut. Ia diberitahu seorang anggota polisi, pengumuman penetapan sang anak lulus tes casis Bintara Polri karena terjadi error. “Waktu saya menghadap, mereka bilang ada error. Jadi, anak saya sebenarnya tidak lulus. Mereka pun mulai mengemukakan alasan, tetapi saya tidak gubris lagi apa yang mereka katakan,” kata Kenly. Bahkan, mereka meminta Kenly menandatangani satu dokumen yang tidak tahu apa isinya.

“Saya menolak menandatangani dokumen itu, sebab saya yakin akan berakibat buruk pada anak saya,” ungkapnya. “Mereka berupaya agar saya menandatangani dokumen yang disodorkan, tetapi saya tolak.” “Bahkan, saat saya mau pulang dan menuruni tangga Polda Sulut, saya masih diminta untuk tanda tangan,” papar Kenly. Kekhawatiran Kenly akhirnya terjadi. Saat pengumuman susulan, nama anaknya Rafael Walalangi sudah tidak ada lagi dalam daftar. “Saya kecewa, sedih, mengapa ini bisa terjadi?” katanya.

 

Berbagai Tanggapan dan Reaksi

Kisah Rafael Walalangi yang gagal lolos menjadi casis Bintara Polri  ini menarik perhatian anggota DPR RI asal Sulut, Hillary Brigitta Lasut. Legislator termuda di Senayan ini mempertanyakan proses dan prosedur pengumuman kelulusan tersebut. “Kok bisa ya, sudah diumumkan secara virtual dan lulus seleksi secara nasional, tapi beberapa hari kemudian dinyatakan tidak lulus melalui surat. Ini ada apa?,” ujar Hillary.

Politikus asal Partai NasDem ini menaruh curiga apakah ada permainan orang dalam sehingga Rafael Walalangi yang sudah diumumkan lulus, kemudian dinyatakan tidak lulus. “Mengapa terjadi seperti ini? Apakah ini ada permainan orang dalam atau gimana? Yang pasti saya akan mempertanyakan ini langsung melalui surat kepada Presiden dan Kapolri. Kok bisa jadi begini,” katanya. Tentu saja keadilan harus ditegakkan, apalagi menyangkut karir dan nasib seseorang. Dalam surat terbuka untuk Presiden, Kapolri dan Kapolda Sulut, Hillary Brigitta Lasut mempertanyakan kejanggalan serta penjelasan terkait masalah gagal lolosnya Rafael Walalangi.

 

Respon Polda Sulut

Menanggapi masalah ini, Kabid Humas Polda Sulut, Kombes Pol Jules Abraham Abast mengatakan, ada panitia dalam seleksi. “Dalam seleksi ini ada panitianya, kalau ada komplain peserta ke panitianya dan tanyakan kenapa,” kata Jules Abraham. Ia menerangkan, dalam seleksi penerimaan anggota Polri ada wadahnya dan itu urusannya panitia.       “Saat menyiarkan live sebelum ditutup acaranya sudah disampaikan pengumuman calon siswa bilamana ada yang merasa keberatan segera ke panitia,” tegas Kabid. “Nanti dari panitia jelaskan apa penyebabnya kalau dia tidak lulus. Jadi komplain ke panitia. Keberatan ke panitia saja,” kata dia.

Demi membuat Rafael Walalangi kembali mendapatkan haknya, tidak sedikit netizen yang mengunggah konten untuk mendukung Rafael Walalangi. Hampir semua orang mengatakan bahwa kesalahan operator tidak seharusnya berimbas pada nasib masa depan Rafael Walalangi. Bukan Rafael Walalangi yang harus bertanggungjawab atas kesalahan ini. Akhirnya, setelah gaduh di medsos dan desakan berbagai pihak, Rafael Walalangi berhak mendapatkan kembali statusnya sebagai lulus Bintara Polri 2021.

Kapolda Sulawesi Utara Irjen Nana Sudjana mengajukan permohonan penambahan kuota calon siswa (casis) Bintara Polri 2021 kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo. “Usulan dari Kapolda Sulut diterima oleh bapak Kapolri,” kata Jules saat dikonfirmasi.  Dengan kata lain, kata Jules, Kapolri sepakat untuk mengambil jalan tengah untuk dapat menambah kuota agar nama Rafael Walalangi tetap dapat ikut masuk Casis Bintara Polri 2021. “Sehingga bapak Kapolri mengambil kebijakan untuk menambah kuota Pabanrim Polres Minsel menjadi 23 orang,” katanya.

Reaksi pun terus berlanjut. Indonesia Police Watch (IPW) misalnya, menilai pembatalan kelulusan Rafael Walalangi dalam seleksi penerimaan Bintara Polri 2021 menunjukkan kecerobohan tim seleksi yang tidak cermat dan tidak profesional sehingga mempermalukan institusi Polri. “Kapolri harus mencopot penanggungjawab seleksi penerimaan Bintara Polri 2021 di Polda Sulut,” kata Plt Ketua IPW Sugeng Teguh Santoso.  Semula, tim seleksi penerimaan Bintara Polri Polda Sulut membatalkan kelulusan Rafael Malalangi. Namanya hilang dari daftar peserta yang lulus dan digantikan orang lain. Kejadian ini kemudian viral di media sosial.

Kapolda Sulut Irjen Nana Sudjana kemudian meminta penambahan satu kuota tambahan untuk Rafael kepada Kapolri. Dengan diskresi ini, Kapolri akhirnya menyetujui penambahan sehingga Rafael dinyatakan lolos.  Namun demikian, IPW meminta Kapolri harus mencopot penanggung jawab penerimaan seleksi bintara Polda Sulut dan menyidangkannya secara etik. Bahkan, dengan kejadian ini, Kapolri harus memerintahkan Propam Polri melakukan investigasi bersama pihak eksternal seperti Kompolnas untuk memeriksa  secara komprehensif hasil seleksi penerimaan Bintara Polri. “Hasil pemeriksaannya, diumumkan secara transparan pada publik. Termasuk, bila ada permainan dan unsur KKN dalam seleksi. Dengan begitu, Polri akan bisa  menepis prasangka-prasangka buruk di masyatakat bahwa dalam seleksi penerimaan calon anggota Polri pada semua jenjang dan level tidak ada unsur KKN,” demikian kata Sugeng Teguh Santoso.

 

Telusuri Kasus Salah Input

Di bagian lain, Kompolnas juga mengkritisi kasus hilangnya nama pemuda asal Minahasa Sulawesi Utara, Rafael Walalangi yang sempat dinyatakan lulus dalam seleksi calon Bintara 2021.  Ketua Harian Komisi Kepolisian Nasional (Kompolnas) Benny Mamoto menyampaikan pihaknya telah mengklarifikasi kasus tersebut kepada Polda Sulawesi Utara. Diduga, ada salah input nilai bidang jasmani dalam kepesertaan calon Bintara 2021.

“Untuk kasus di Polda Sulut, sudah dilakukan klarifikasi dan penjelasan bahwa terjadi salah input nilai bidang jasmani sehingga peserta yang merasa nilainya salah input mengajukan protes. Setelah dicek bersama peserta lainnya akhirnya terbukti bahwa memang salah input nilai,” kata Benny. Menurutnya, salah input nilai jasmani inilah yang membuat nama Rafael Walalangi yang sebelumnya dinyatakan lulus kemudian berubah menjadi tidak lulus. Ia menyampaikan ada human eror yang dilakukan oleh panitia seleksi calon bintara 2021.

Namun, Benny mendorong penelusuran lebih lanjut apakah ada motif lain di balik kasus ini. “Karena sudah terlanjur diumumkan maka peserta yang tadinya sudah dinyatakan lulus akhirnya terkoreksi menjadi tidak lulus. Ini menyangkut human error sehingga perlu dicek kembali, apakah murni salah input atau ada faktor lain,” jelasnya. Di sisi lain, pihaknya mengharapkan Polri untuk segera berbenah agar kasus serupa tidak terulang lagi dan membuat kegaduhan di publik. “Diharapkan ke depan perlu dilakukan pengecekan berjenjang dan berulang supaya dipastikan tidak ada salah input atau salah jumlah dari masing-masing komponen penilaian,” tukasnya.

 

Nama Baik Polri Tercoreng

            Dengan mengemukanya kasus ini, banyak pelajaran yang harus diambil oleh pihak Polri agar tidak terus-menerus tercoren namabaiknya. Bekerja harus menekan sekecil mungkin kesalahan menjadi sebuah keharusan bagi Polri. Karena Polri selalu berhadapan dengan dan bekerja berdasarkan hukum dan undang-undang yang berlaku. Maka kesalahan sekecil apa pun akan berakibat fatal bagi institusi. Dalam kasus Rafael ini, wajar apabila muncul anggapan di masyarakat bahwa Sulit percaya kalau di sini ada bau suap atau korupsi. Tapi tidak mempercayainya juga jauh lebih sulit. Sudah kita ketahui bersama bahwa untuk mencetak satu orang anggota Polri itu invetasi pemerintah sangat besar. Setelah itu setiap anggota Polri memegang tanggung jawab dan wewenang yang sangat besar dalam menegakkan hukum.

Dalam posisi itu, maka sangat tidak bisa diterima kalau anggota Polri melakukan kesalahan atau membuat tindakan yang melampauai kewenagannya, apalagi menerima suap dan menyuburkan KKN. Mutlak tak bisa diterima. Dengan tingkat seleksi yang ketat dan pertaruhan nama baik yang demikian tinggi, tanpa sadar Polri pun akhirnya sangat hati-hati dalam menindak anggotanya yang bermasalah. Nah hati-hati dan melindungi nama baik korps akhirnya menjadi rancu. Apakah adanya oknum yang berbuat kesalahan harus dilindungi untuk menjaga nama baik Polri ? Seharusnya sih tidak, Justru Polri harus memberikan tindakan tegas yang menimbulkan efek jera kepada setiap pelanggarnya dan tidak akan terulang lagi peristiwa yang sama.

 

Solusi Baik Buat Semua

Dalam kasus Rafael ini, Kapolda Sulawesi Utara (Sulut) Irjen Pol Nana Sudjana yang diwakili Kabid Humas Polda Sulut menggelar konferensi pers tentang viralnya video calon Bintara 2021 atas nama Rafael Malalangi yang namanya sudah dinyatakan lulus tapi hilang namanya didaftar. Rafael pun berkesempatan untuk mengikuti pendidikan Bintara Polri tahun depan.           Karo SDM Polda Sulut Kombes Pol Octo Budhi Prasetyo mengatakan, peristiwa ini terjadi karena ada kesalahan dalam input data oleh operator. Pada saat diumumkan yang bersangkutan lulus rangking 22 dari total 22 kuota yang tersedia atau peringkat terakhir. “Setelah sidang kelulusan diumumkan, datanglah satu orang casis mengomplain nilainya tidak sesuai dengan hasil yang diperoleh, khususnya jasmani renang. Komplain itu kami akomodir terus dicek ke papan live chat, kan ada tanda tangannya, ternyata memang antara nilai di live chat dan di sini berbeda. Memang itu kesalahan operator saat menginput data, operator dari tim jasmani,” ujar Octo.

Kombes Octo kembali menegaskan, persoalan ini terjadi murni karena kesalahan dari operator memasukkan data. “Memang ini kesalahan dari operator tim jasmani memasukkan data input itu. Alhamdulillah yang lain tidak ada yang komplain, hanya satu itu aja,” katanya. Dalam konferensi pers tersebut Polda Sulut mengklarifikasi semua tentang proses dan kronologis kejadian tersebut. Kombes Jules Abast mengatakan untuk calon siswa Bintara Rafael sebelum dinyatakan tidak lulus, orangtuanya sudah dipanggil dan diberi penjelasan di Polda Sulut bersamaan dengan keluarga calon siswa Franco Kowal yang mengajukan keberatan dan berdasarkan data dan kroscek yang akhirnya diakomodir jadi calon siswa yang lulus

“Dengan diakomodirnya keberatan calon siswa Bintara Franco Kowal dengan sendirinya calon siswa bintara Rafael Malalangi menjadi rangking terakhir dan menjadi di luar kuota penerimaan calon siswa bintara 2021,” kata Jules Abast. Julest Abast juga meminta penjelasan kepada Rafael dan keluarga terkait viralnya video yang ada di media sosial (medsos). “Dalam video tersebut disebutkan telah menerima surat dari Polda yang menyatakan Rafael tidak lulus dan ternyata kejadian sebenarnya Rafael dan keluarga dipanggil ke Polda Sulut untuk diberi penjelasan,” ujar Jules Abast.

Sementara, orangtua dari calon siswa Bintara Rafael yaitu ayahnya Kenly Malalangi, pun meminta maaf atas beredarnya video viral di medsos tersebut. “Kami sebagai orangtua dari Rafael Malalangi meminta maaf sebesar-besarnya kepada Kapolri dan Kapolda Sulut,” ujar Kenly Malalangi. Setelah kejadian video viral di medsos Polda Sulut berupaya untuk mengusulkan ataupun kebijakan yang diajukan ke Mabes Polri yang bisa mempertimbangkan untuk menerima Rafael Malalangi untuk masuk dalam kuota di gelombang kedua untuk ikut pendidikan tahun 2022. Akhirnya, setelah pengajuan disetujui Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, calon siswa Bintara Rafael Malalangi dimasukkan ke dalam gelombang kedua untuk pendidikan Bintara Polri Tahun 2022.Mendengar kabar baik yang disampaikan Polda Sulut atas keputusan Kapolri, keluarga dan juga Rafael Malalangi mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada Kapolri dan Kapolda Sulut beserta seluruh Jajaran kepolisian yang ada.

Sementara itu, Anggota DPR RI Hillary Lasut setelah mendengar kabar baik ini juga menyampaikan apresiasi dan terimah kasih kepada Kapolri dan Kapolda Sulut sudah bisa mengambil langkah yang bijaksana untuk mengakomodir Rafael Malalangi menjadi calon siswa Bintara Polri 2022. Semoga tidak terulang lagi. Kesalahan yang dilakukan oleh petugas di lapangan justru harus diselesaikan oleh Kapolri. Terlalu jauh rentang tanggungjawabnya. Dan bila kasus seperi itu terus berulang, maka stigma Polri sebagai sarang KKN dan sesama anggota Polri saling menutupi, akan sulit dihapuskan yang pada gilirannya akan mengganggu program Polri itu sendiri di masa depan. (Saf).

Exit mobile version