Kisah Swietenia Puspa Lestari, Perempuan Peduli Laut yang Raih Banyak Prestasi
Liputan6.com, Jakarta Swietenia Puspa Lestari, penggiat laut bersih lewat Yayasan Penyelam Lestari Indonesia atau Divers Clean Action (DCA) yang telah mendapat banyak penghargaan baik nasional maupun internasional.
Ketertarikannya terhadap penyelamatan lingkungan diakui Tenia berawal saat dia mendapatkan banyak pelajaran tentang sistem pengolahan sampah di tahun 2015. Kala itu dia masih duduk di bangku kuliah jurusan Teknik Lingkungan Institut Teknologi Bandung (ITB).
Sementara, perkenalannya dengan laut dimulai ketika Ayahnya ditugaskan di Kepulauan Seribu pada tahun 2003-2007. Tenia mengaku kerap menghabiskan waktunya untuk menyelam di utara pulau Jakarta itu.
Dari sana dia kemudian dihadapkan oleh sebuah tantangan adanya serbuan sampah yang mengganggu keindahan ekosistem laut di Kepulauan Seribu. Untuk mengatasi masalah tersebut, Tenia kemudian membuat komunitas yang bergerak dengan fokus menangani sampah laut, yaitu Divers Clean Action (DCA).
“Karena waktu itu belum banyak bahkan belum ada yang fokus banget masalah sampah laut. Tapi banyaknya ngomongin sampah di darat, ngomongin TPA, TPS, dan sungai. Jadi waktu itu yaudah deh memutuskan bikin komunitas Divers Clean Action gitu,” ujar Tenia.
Awal terbentuknya komunitas ini, berawal saat Tenia dan kedua sahabatnya tengan membuat acara clean up guna mengetahui data sebelum menentukan langkah apa yang tepat dilakukannya secara berkelanjutan.
Ditambah, saat itu sedang ramai penelitian Jenna Jambeck yang menyatakan bahwa Indonesia adalah juara ke dua penyumbang sampah lautan di dunia. Dari situ, komunitasnya mulai melakukan kegiatan clean up secara rutin sebulan atau dua bulan sekali.
“Ngambilin data di pinggir pantai, di bawah laut. Terus kita lihat beratnya, jenisnya, brand-brand dan mereknya. Nah dari situ akhirnya berkembang menjadi upaya-upaya yang lebih sustainable. Kayak kita mulai masuk ke pengembangan masyarakat, kolaborasi dengan perusahaan, masuk ke advokasi, akhirnya pas aku lulus kuliah di 2017 jadilah sebuah yayasan,” lanjut Tenia Menjelaskan.
Ada pun program DCA yang pertama adalah Marine Debris Research. Tenia mengatakan, program ini dijalankan dengan melakukan citizen cleans up di pinggir pantai dan di bawah laut. Bahkan juga ke daerah-daerah perumahan agar mengetahui data sebenarnya. Hal tersebut dilakukannya dengan bekerja sama dengan masyarakat.
Tenia menyebutkan, data hasil riset tersebut dapat diakses oleh publik pada laman www.marinedebris.id, yang mana pihaknya bekerja sama dengan LIPI. Sehingga datanya dapat dimanfaatkan bukan hanya oleh komunitasnya saja.
Dari data tersebut akan digunakan untuk program keduanya, yaitu kampanye dan pelatihan secara online dan offline yang diberikan secara gratis untuk para pemuda. Seperti salah satunya adalah INA-Youth Marine Debris Summit.
“di mana itu pelatihan gratis untuk para pemuda yang memang punya program pengolahan sampah di daerah-daerah. Kita bawa ke Pulau Seribu, karena kita punya program utama di Pulau Seribu,” kata Tenia.
Program ketiganya adalah Community Development. Tenia menjelaskan, program ini diterapkan dengan mencoba membina daerah selama 6 bulan, 1 tahun, sampai dengan 3 tahun. Hal tersebut guna memastikan sudah tidak ada lagi sampah yang masuk ke laut.
Program keempat dari DCA adalah melakukan kolaborasi dengan perusahaan swasta. Biasanya dilakukan dalam bentuk kerja sama CSR maupun EPR Facilitator, seperti meminta perusahaan swasta untuk secara silkular bisnis prosesnya dapat berkontribusi mengurangi sampah di laut.
Tenia juga menyatakan, bahwa pandemi Covid19 telah membuat aktivitas relawan menjadi terbatas dari segi sosialnya. Namun, programnya tetap dijalankan meskipun sempat ada penyesuaian di awal masa pandemi. Selain itu komunitasnya jiga tidak banyak mempromosikan wisata.
Ia mengatakan, sebelum pandemi Tenia dan komunitasnya banyak melakukan kegiatan secara beramai-ramai. Selain itu, pihaknya juga melakukan pengembangan masyarakat eko trip. Namun, dimasa pandemik hal tersebut belum dapat dilakukan kembali.
“Di mana masyarakat wisata binaan kita yang sudah mengurangi sampah, memilah sampah, menerima tamu untuk ikut diving trip dan snorkeling, ini kita hold dulu,” jelasnya.
Lantas, hal apa yang membuat hatinya mulai tergerak melakukan aksi peduli laut tersebut?
Founder & Executive Director of @diverscleanaction itu mengatakan, karena ia merasa punya pengetahuan dan juga pengalaman langsung di lapangan soal bagaimana susahnya mengolah sampah di daerah pesisir.
“Jadi ngerasa kalo bukan aku yang peduli sama diving. Pingin banget diving tidak lagi liat sampah, siapa lagi ya, nunggu siapa lagi ya?” ungkapnya.
Saat itu, Tenia merasa belum ada pihak yang berhasil memberikan solusi dari kegelisahannya. Maka dari itu ia mamutuskan untuk mencoba membantu daerah pesisir yang dia pedulikan.
DCA, disebut Tenia, kini juga menjangkau daerah Jakarta utara dan Jakarta Timur di daerah dekat sungai. Karena menurutnya, masalah sampah laut saling terkait dengan sampah yang bersumber dari darat.
Akibat aktivitasnya tersebut, Swietenia menjadi salah satu perempuan berpengaruh dalam kegiatan lingkungan di dunia. Dia bahkan dinobatkan sebagai 100 Most Inspiring Women BB, menjadi peserta termuda dalam Obama Leader hingga 30 under 30 Forbes Asia.
Atas semua pencapaiannya tersebut, Tenia mengatakan, dia tidak menyangka akan mendirikan sebuah yayasan yang memberikan dampak besar. Awalnya dirinya hanya ngin mencari cara terbaik yang dapat diterapkan sebagai solusi dari kegelisahannya terkait sampah di laut dan pesisir pantai.
“Jadi karena mungkin bergeraknya dan berkembangnya secara grass root, akhirnya dampak-dampak yang bisa diceritakan dan juga perkembangan program kami dilihat unik dan juga memberikan dampak yang signifikan,” ungkapnya.
Sampai akhirnya, BBC memberikan penghargaan internasional pertamanya. Saat itu BBC dunia melihat DCA memiliki founder seorang perempuan, masih muda, dan dikenal dalam skala Indonesa bahkan mempunyai program pelatihan di Asia Tenggara.
Selain itu, menurut BBC, apa yang dirinya dan komunitasnya lakukan berdampak besar untuk daerah-daerah yang dibinanya.
“Terbukti sampai sekarang anak-anak muda yang udah kita latih ada yang kita kirim ke Norwegia. Ada yang memang sampai bikin yayasan dan bisnis sendiri dari program pelatihan kita,” ungkap Tenia.